Reloj Magico (part 1)

Sore hari angin berhembus kencang terlihat seorang gadis sedang berjalan kaki seorang diri dan masih menggunakan baju seragam sekolah sambil menundukkan wajahnya seraya menggerutu tak jelas. Jika ia membayangkan kejadian tadi di sekolah ia merasa kesal, terkadang ia berpikir di benaknya “Kenapa aku tidak dari keluarga kaya? Kenapa aku harus hidup miskin? Kenapa aku gak terlahir hidup enak?”. Lalu, Zelina menghembuskan nafas lelahnya seraya terus berjalan pulang.

Zelina Ralein Ibrahim biasa dipanggil Zelina. Ia adalah siswi “SMA Putra Bangsa” terlahir dari keluarga sederhana anak satu satunya dari pasangan Zeneb Ralein dan Zafran Ibrahim.

Sayangnya ibu dan ayahnya dari keluarga yang sederhana malah terbilang sangat sederhana. Bahkan, ayahnya sudah meninggal dunia ketika Zelina berusia 2 tahun dan ia merasa terpukul dengan kepergian ayahnya karena tidak mendapat kasih sayang seorang ayah dari kecil. Ia sekarang hanya berdua dengan ibu yang sangat dibencinya. Bukan tanpa sebab ia membenci ibunya itu karena Zelina pikir ibunya tidak bisa membahagiakan dirinya dan malah menyusahkan bagi hidupnya bahkan malu karena memiliki wajah buruk rupa.

Sampai tiba di rumah Zelina membuka pintu rumahnya dengan keras, ibunya yang sedang memasak di dapur sampai dibuat kaget oleh ulah Zelina.

Ibu Zelina datang menghampiri Zelina dengan senyum lembutnya, “Kenapa kamu nak? Ko marah marah? Ada apa?”

“Aku kesal! Kenapa aku gak punya kendaraan seperti teman-temanku di sekolah. Hampir semua teman ku mempunyai kendaraan, mereka bisa ke Mall, cafe, dan lainnya. Sedangkan aku selalu diejek temanku karena setiap pulang aku hanya berjalan kaki Bu, hidup ini ga adil!” Omel Zelina dengan kesal seraya membanting tasnya.

“Jangan begitu Nak. Bersyukurlah nak, kita masih punya rumah, jangan ingin seperti orang lain itu gak baik.” Balas sang Ibu namun Zelina hanya memutar mata malas.

“Apaan sih Bu!!! Pokonya Zelina mau punya Kendaraan! Titik.” Sambil mendorong ibunya sampai terjatuh dan ia berlalu masuk kedalam kamar.

Ibu Zelina hanya menatap anaknya dengan sedih, hingga tiba-tiba Zelina keluar kamar sembari melempar sebuah amplop pada Ibunya.

“Itu tanda tangan, besok harus dikumpulin!” Titah Zelina.

Ibu Zelina membuka amplop itu dan membaca isinya. Betapa terkejut dan bangganya ia memiliki anak yang cerdas. Anaknya dipilih mewakili untuk ikut lomba Olimpiade Sains.

“Kamu ikut olimpiade lagi? Di Bandung? Ibu boleh kan liat kamu di sana? Ibu mau liat kamu lomba.” Tanya Ibu Zelina beruntun.

Zelina tersenyum miring, “Gak boleh lah, Ibu mau buat aku malu apa? Ngaca dulu dong Bu muka Ibu kayak gimana.”

Setelah mengucapkan itu Zelina kembali ke kamar sembari membanting pintu dengan keras. Ibu Zelina berusaha tersenyum seraya menahan sakit dihatinya mendapat perlakuan seperti itu dari putrinya.

Cerita Selanjutnya

Diterbitkan oleh linaaa06

Never give up !

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai